27 February 2015

Berdagang adalah Untuk Membantu Orang

Di pinggir Jalan Kolpo Kec. Batang Batang terdapat sebuah toko sederhana milik keluarga Sudirman yang menjual kebutuhan sehari hari. 
Sudir, panggilan Sudirman, mendirikan toko itu tahun 2010 lalu. 

Bekerja sebagai pedagang dirasa cukup nyaman bagi keluarga Sudir. Karena penghasilan yang didapat dalam sebulan dirasa cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari hari keluarganya yang terdiri dari Siti, sang istri, dan Lutvi, anak satu satunya. Dan nama TOKO LUTVI tentu diambil dari anak satu satunya tersebut. 

Akan tetapi, disamping naymannya berdagang seperti ini, tentu ada sesuatu yang tidak nyaman. Salah satunya adalah ketika orang orang yang berhutang tidak membayar sesuai janji mereka, padahal uang itu akan dia putar lagi untuk membeli barang dagangan.

Dalam sehari toko tersebut cukup laku walaupun hanya di desa terpencil, dalam sehari hasil jualannya berkisar Rp.600.000,00 sampai Rp.1.000.000,00, tetapi hasilnya atau keuntungannya bersihnya sangat minim yaitu berkisar Rp.30.000,00 saja. Karena toko tersebut tidak menjual dengan mengambi keuntungan berlebih.

Salah satu alasan toko itu bertahan adalah karena Sudir memiliki pemikiran bahwa jika kebutuhan masyarakat terpenuhi maka masyarakat akan bahagia , tentram dan sejahtera. Dia berniat membantu masyarakat untuk lebih mudah mendapatkan kebutuhan mereka. Dia membantu masyarakat, masyarakatpun membantunya. Istilahnya simbiosis mutualism.

Prinsip yang ditanamkan Sudir pada diri dan keluarganya adalah bahwa :


“Kabahagiaan Orang Lain Adalah Tujuan Kita Melanjutkan Hidup” 

prinsip yang kami kira patut dan seharusnya tertanam dalam diri semua pedagang bahkan juga kita semua, karena “Manusia Saling Membutuhkan” dan sebaik baik manusia adalah manusia yang bermanfaat pada sesamanya.

_______________________
Disusun Oleh: 

  • Imroatun Nadifah (VIII)
  • Anisa (IX)
  • Fitri Fulasari (IX)
  • Santi Laili (VIII)
  • Moh Imron (VIII)
  • Fiqi Irawan (VIII)
  • Joko Anggi Agustino (VIII)
  • Yono (VIII)

24 February 2015

PENJUAL YANG SABAR (Tugas Feature)

Ada seorang perempuan yang bernama Susyanti, biasanya dia dipanggil ba’ Sus. Dia tinggal di Batang Batang Sumenep. Dia tinggal bersama ke-Dua anaknya,suaminya dan orang tuanya. Dia  berumur 32 tahun dan dia hidup dengan sederhana dan dia salah seorang pedagang di Kantin SMP al-Ghazali.

Dia berjualan makanan ringan seperti mie rebus, mnuman dingin dan pentol. Dia berjualan sejak tahun 2007, Biasanya, dia berjualan sejak pagi sampai 12:00  bersama pdagang lain.

Dia berjualan di SMP Al-Ghazali mempunyai beberapa alasan Yaitu:
-          Rumahnya dekat
-          Merasa senang dengan lingkungan SMP Al-Gazali Dan
-          Dia sudah mendapat izin dari ketua Yayasan

Dalam satu hari ba’ Sus bisa mendapat uang sebesar Rp 90.000. Uang yang Rp 80.000 untuk kebutuhan dia sehari hari, untuk dan uang saku kedua anaknya, membeli bahan bahan untuk keesokan harinya dll. Sedangkan yang 10.000 dia simpan. 

Dia juga mempunyai rasa suka dan duka disaat dia berjualan di SMP Al-Ghazali .

Suka           Tidak kehujanan, pembeli setia padanya dll.
Duka            Dia berjualan bersebelahan dengan kamar mandi.

Dan satu kali lagi Dia juga mempunyai prinsip yang sangat besar


SELALU BEKERJA KERAS DAN TIDAK MUDAH PUTUS ASA DALAM BERUSAHA”


Dia selalu berjualan meskipun hujan dan dia selalu bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan sehari harinya. Dan Alhamdulillah berkat Allah SWT Dia sekarang sudah mempunyai sebuah mobil carry.

Disusun Oleh:


Ismaniyah (IX)

Holifatul Jannah (VIII)
Sahniwa (VIII)
Imam Utwan Al Arif (VIII)
A Daifi Wahyudi (VIII)

ADAB BERBICARA DALAM ISLAM

Berbicara merupakan salah satu kegiatan yang hampir tidak pernah tertinggalkan oleh ummat manusia, termasuk ummat muslim. Karena berbicara merupakan cara yang paling mudah dalam menyampaikan suatu pesan atau gagasan. Berbicara menjadikan manusia bisa lebih mudah untuk saling memahami apa yang ada dalam pikiran mereka masing masing. Berbicara merupakan kebutuhan manusia yang hidup dalam lingkungan masyarakat.
Di sisi lain, Islam sebagai agama yang paling sempurna, hukum hukumnya menyentuh segala aspek kehidupan, baik yang besar ataupun yang kita anggap kecil. Dalam Islam, semua amal perbuatan kita memiliki hukum dan aturan yang jika kita ingin menjadi orang yang beramal baik, maka hendaknya kita mengikutinya. Begitupun dengan amal berbicara. Iapun dibimbing dan diatur tatakramanya dalam Islam. Berbicara, tidak sekedar berbicara, ada hal hal yang patut diperhatikan, demi kebaikan dan kenyamanan kita, ataupun orang lain.
Ada beberapa poin yang harus diperhatikan dalam berbicara menurut Islam, yang diantaranya:
1.      Berbicara Yang Baik Baik Saja
Rasulullah SAW mengajarkan kepada ummat muslim untuk membicarakan hal hal yang baik saja. Karena permbicaraan yang baik bisa membawa pada kebaikan pula selain bisa menghindarkan kita dari hal hal tercela atau bahkan menyakitkan orang lain. Jika kita tidak bisa berbicara yang baik baik, maka diam adalah pilihan yang terbaik. Dalam sabdanya, Nabi Muhammad SAW bersabda :
“Barangsiapa yang beriman pada ALLAH dan hari akhir maka hendaklah berkata baik atau lebih baik diam.” (HR Bukhari Muslim)[1].
Dalam surat Al-Qashas ayat 55 Allah SWT berfirman:
“Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya dan mereka berkata: "Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil". (QS Al-Qashas : 55)[2]
Dari ayat tersebut, kita bisa menyimpulkan betapa buruknya orang orang yang berbicara hal hal yang tidak bermanfaat, sehingga Allah mengatakan mereka sebagai orang orang yang bodoh dan tidak pantas untuk dijadikan teman.
Nabi Muhammad SAW bersabda:
Sungguh seorang hamba berbicara dengan suatu kalimat yang membawa keridhaan Allah, dan dia tidak menyadarinya, tetapi Allah mengangkat dengannya beberapa derajat. Dan sungguh seorang hamba berbicara dengan suatu kalimat yang membawa kemurkaan Allah, dan dia tidak mempedulikannya, tetapi ia menjerumuskan-nya ke Neraka Jahannam." (HR. Bukhari)[3].
Maka dari itu, sebaiknya kita berhati hati dalam berbicara, jangan sampai kita berbicara dusta, sombong, angkuh dan atau pembicaraan buruk lainnya, yang bisa membawa kita pada kerugian dan murka Allah.
2.      Tidak Membicarakan Semua Yang Didengar
Sudah menjadi kebiasaan manusia suka sekali membicarakan hal hal yang didengarnya. Nahkan meskipun itu baru didengar ujungnya saja, tidak mendengar kesemuanya. Sehingga, dimana mana muncul gosip bahkan fitnah. Karena manusia dengan gampangnya membicarakan apa yang didengarnya tanpa mendalaminya.
Nabi SAW bersabda:
"Cukuplah seseorang itu telah berdusta, jika ia membicarakan setiap apa yang didengarnya."(HR.Muslim)[4].
Jadi, menurut hadits di atas, membiacarakan semua yang didengarnya, maka dia bisa berdusta. Sehingga, sebaiknya kita semua tidak membicarakan serta merta apa yang kita dengar.
3.      Sedikit Bercanda
Dalam berbicara, sering kali kita mengatakan hal hal yang membuat orang lain tertawa. Entah karena disengaja atau tidak. Akan tetapi, dalam Islam, kita diajarkan untuk sdikit bercanda. Karena menurut Nabi SAW, orang yang suka bercanda adalah seburuk buruknya orang di hari kiamat. Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Sesungguhnya seburuk-buruk orang disisi ALLAH SWT di hari Kiamat kelak ialah orang yang suka membuat manusia tertawa.” (HR Bukhari)[5]
4.      Merendahkan Suara ketika Berbicara
Masyarakat Madura terkenal dengan wataknya yang keras meski sebenarnya hatinya lembut. Watak ini tercermin dari cara berbicaranya yang kebanyakan seperti orang sedang marah marah menurut orang jawa. Cara berbicara orang Madura ini merupakan salah satu contoh cara berbicara yang kurang baik menurut Islam. Islam sebagai agama yang penuh dengan kelembutan mengajarkan kita untuk berbicara dengan lemah lembut pula, dengan merendahkan suara kita. Dalam ayat-Nya, Allah berfirman:
"Dan rendahkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai." (QS. Luqman: 19)[6].
Dalam surat lain Allah berfirman :
“Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk bertakwa. Bagi mereka ampunan dan pahala yang besar.”(QS  Al Hujuraat :3)[7].

Kedua ayat di atas mengajarkan kepada kita semua untuk selalu merendahkan suara kita ketika berbicara. Dan orang orang yang merendahan suara akan mendapatkan ampunan dan pahala yang besar di sisi Allah.
Dari pembahasan di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa 4 hal yang patut diperhatikan dlam berbicara menurut Islam adah bahwa hendaknya kita berbicara yang baik baik saja, atau diam, tidak membicarakan semua yang di dengarkan, mengurangi candaan, dan merendahkan suara ketika berbicara.
Maka dari itu, sebagai hamba yang baik bagi Allah dan ummat yang ta’at bagi Nabi Muhammad SAW, hendaknya kita memperhatika ketiga hal dia atas ketika berbicara. Perlu kita ingat bersama, jika kita ingin dianggap sebagai pengikut Nabi, maka ikutilah apa yang diajarkannya.



[1]https://rizkykhusnah.wordpress.com/macam-macam-adab/adab-berbicara-dalam-islam/
[3]http://bingkaisunnah.blogspot.com/2013/06/adab-berbicara.html
[4]http://ismaildelia.blogspot.com/2013/01/etika-berbicara-menurut-islam.html
[5]https://rizkykhusnah.wordpress.com/macam-macam-adab/adab-berbicara-dalam-islam/